Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

5 Film Favorit Warga Salatiga yang Tayang di Bioskop Tahun Ini

Tahun 2025 menjadi babak penting bagi perfilman Indonesia. Film-film lokal tidak hanya tampil berani dalam tema, tetapi juga semakin kuat secara teknis. Fenomena ini dirasakan langsung oleh warga Salatiga, di mana dua bioskop utama NSC Salatiga dan SAMS Studio mengalami lonjakan penonton yang signifikan. Berdasarkan dari laman Sarangfilm21, bioskop di Salatiga kini kembali hidup dengan jadwal tayang yang padat, mengindikasikan minat tinggi terhadap sinema.

5 Film Favorit Warga Salatiga yang Tayang di Bioskop Tahun Ini

Anda yang tinggal di Salatiga atau sekitarnya tentu tidak ingin ketinggalan film-film yang paling banyak dibicarakan dan mendapat sambutan meriah. Berdasarkan pantauan dari media kredibel seperti Liputan6, Detik, Tempo, dan siaran lokal RRI Salatiga, berikut ini adalah lima film Indonesia yang paling disukai penonton bioskop Salatiga sepanjang 2025.

1. Kamawa

Film "Kamawa" mencatat sejarah kecil di Salatiga sebagai film lokal yang diputar perdana di kota ini. RRI melaporkan suasana pemutaran yang penuh haru dan refleksi. Film ini mengangkat kisah keluarga Jawa yang bergelut dengan tekanan sosial dan dilema batin.

Dibintangi oleh aktor muda pendatang baru, "Kamawa" memukau dengan narasi kuat yang menampilkan dinamika antaranggota keluarga yang terhimpit oleh tradisi dan modernitas. Latar cerita diambil dari pedesaan sekitar Jawa Tengah yang familiar bagi warga Salatiga, sehingga menciptakan kedekatan emosional. Pemutaran perdananya juga dihadiri oleh sang sutradara, menambah antusiasme dan kebanggaan warga terhadap karya ini.

2. Agak Laen

Film komedi horor "Agak Laen" menjadi hiburan segar yang sukses menyedot penonton. Liputan6 mencatat bahwa film ini tayang serentak secara nasional dan masuk dalam daftar film dengan jumlah penonton tertinggi di minggu pertama.

Film ini berkisah tentang empat penjaga rumah hantu di pasar malam yang secara tidak sengaja membuat salah satu pengunjung tewas. Dari sini, serangkaian kejadian supranatural terjadi, memaksa mereka menyembunyikan fakta dan menghadapi ketakutan mereka sendiri. Dialog komika-komika dalam film ini berhasil menciptakan tawa sekaligus ketegangan. Di Salatiga, SAMS Studio bahkan sempat menambah jadwal penayangan karena permintaan tinggi, terutama dari kalangan remaja dan mahasiswa.

3. Ali Topan

"Ali Topan" adalah adaptasi modern dari karakter ikonik era 1970-an. Tempo dan Detik menyebutkan bahwa film ini dikemas ulang dengan pendekatan urban dan nuansa generasi Z, dengan latar Jakarta modern, dinamika cinta remaja, dan keresahan sosial.

Ali digambarkan sebagai sosok remaja penuh semangat dan pemberontak terhadap norma sosial yang dianggap mengekang. Ia jatuh cinta pada Anna Karenina, gadis dari kalangan elite. Konflik kelas, identitas, dan perlawanan terhadap kemapanan menjadi tema utama film ini. Di Salatiga, film ini menjadi favorit di kalangan komunitas literasi dan musik karena referensi budaya pop serta soundtrack-nya yang kuat.

4. Ipar Adalah Maut

Film drama psikologis ini menyita perhatian banyak kalangan karena keberaniannya membongkar konflik dalam rumah tangga modern. Detik dan Liputan6 memasukkan film ini dalam daftar film Indonesia terpopuler di semester pertama 2025.

Judul yang provokatif menarik perhatian sejak awal. Film ini menggambarkan dilema seorang perempuan yang terjebak dalam relasi emosional dengan iparnya. Cerita dikembangkan dengan gaya sinematografi slow burn, memperlihatkan perubahan karakter secara halus namun dalam. Banyak warga Salatiga membicarakan film ini di media sosial, bahkan beberapa komunitas perempuan mengadakan diskusi terbuka setelah menonton film ini di NSC Salatiga.

5. Siksa Kubur

"Siksa Kubur" menjadi film horor religi yang mencuri perhatian selama bulan Ramadan dan Idulfitri 2025, sebagaimana dilaporkan Tempo. Film ini tidak hanya menakutkan, tetapi juga menyampaikan pesan spiritual yang dalam.

Cerita berfokus pada Sita, seorang perempuan yang menolak keyakinan agama setelah trauma masa lalu. Namun saat ia mendekati ajal, mimpi buruk dan pengalaman spiritual mulai menguji pikirannya. Film ini digarap dengan pendekatan simbolik yang kuat, menjadikannya bukan hanya tontonan seram, tetapi juga bahan renungan. Banyak penonton Salatiga mengaku menangis dan terdiam saat lampu bioskop dinyalakan setelah film berakhir.

Mengapa Warga Salatiga Menyukai Film-Film Ini?

Beberapa faktor penting menjelaskan kenapa lima film ini begitu digemari di Salatiga:

  • Konteks Sosial dan Budaya yang Relevan: Film seperti "Kamawa" dan "Ali Topan" menggambarkan realita yang dekat dengan warga Salatiga, baik dari segi budaya Jawa maupun konflik sosial yang relatable.

  • Eksperimen Genre yang Berhasil: Penonton diberikan pengalaman sinematik yang beragam—dari horor religius, komedi satir, hingga drama psikologis.

  • Kualitas Produksi yang Lebih Maju: Film-film ini tampil dengan sinematografi yang tajam, naskah yang solid, dan akting yang menyentuh, meningkatkan standar ekspektasi penonton daerah.

  • Peran Komunitas Lokal: Penayangan perdana, diskusi film, hingga nobar oleh komunitas film Salatiga menjadi motor penggerak meningkatnya ketertarikan terhadap film-film ini.

Antusiasme Bioskop di Salatiga

Radar Semarang melaporkan bahwa NSC Salatiga dan SAMS Studio mengalami peningkatan jumlah penonton sejak awal 2025. Tiket film seperti "Agak Laen" dan "Ipar Adalah Maut" ludes terjual dalam waktu singkat. Penonton tidak hanya berasal dari kota, tetapi juga dari daerah sekitar seperti Tingkir, Sidorejo, dan Argomulyo.

Di sisi lain, sejumlah sekolah dan kampus mulai memanfaatkan film sebagai media edukasi dan refleksi sosial. Beberapa guru bahkan menjadikan film seperti "Kamawa" sebagai bahan diskusi di kelas-kelas pendidikan karakter. Ini menunjukkan bahwa sinema di Salatiga telah naik kelas—bukan hanya hiburan, tapi juga jendela pemahaman sosial.

Tahun 2025 menjadi momentum penting bagi kebangkitan film Indonesia di daerah seperti Salatiga. Lima film yang disebutkan bukan hanya berhasil secara komersial, tetapi juga menyentuh ranah emosional dan intelektual penontonnya. Anda yang belum sempat menonton di bioskop, bisa menantikan tayangan digitalnya agar tetap terhubung dengan karya terbaik negeri ini. Dan bagi Anda yang sudah menonton, setiap adegannya meninggalkan kesan yang sulit dilupakan.