Review Deadpool & Wolverine: Film Superhero dengan Karakter Paling Nyeleneh!
Ketika Marvel Cinematic Universe (MCU) mulai dianggap kehilangan kejutan dan orisinalitas, “Deadpool & Wolverine” hadir membawa nafas baru yang tak terduga. Dirilis pada Juli 2024, film ini langsung menyita perhatian karena menggabungkan dua karakter ikonik yang sangat berbeda, namun sama-sama dicintai: Deadpool yang urakan dan Wolverine yang dingin serta brutal (sumber: KritikFilm).
Ini adalah film ketiga Deadpool sekaligus menjadi yang pertama di bawah payung resmi MCU setelah akuisisi 20th Century Fox oleh Disney. Berikut Review Film Deadpool & Wolverine yang telah dirangkum dari beberapa sumber:
Antusiasme Penonton dan Posisi Strategis Film dalam MCU
Diarahkan oleh Shawn Levy dan dibintangi oleh Ryan Reynolds (Deadpool) serta Hugh Jackman (Wolverine), film ini sejak awal dipromosikan sebagai proyek ambisius. Kembalinya Hugh Jackman ke layar sebagai Wolverine (karakter yang ia perankan sejak tahun 2000) menjadi momen emosional dan penuh nostalgia bagi penggemar. Lebih dari itu, film ini menjadi pintu masuk resmi karakter Deadpool ke MCU, dan bukan sekadar cameo.
Menurut Rotten Tomatoes, film ini meraih skor kritikus 85% dan skor audiens yang sangat tinggi di angka 94%. Di Metacritic, film ini mendapat skor 72, menunjukkan respon yang sebagian besar positif. Bahkan, Variety menyebut film ini sebagai angin segar bagi Marvel yang selama dua tahun terakhir dihujani kritik karena terlalu banyak konten berformat serupa.
Humor Gelap, Kritik Meta, dan Chemistry Panggung
Deadpool tetap tampil dengan ciri khasnya: memecah tembok keempat, menyindir Marvel dan Disney, serta melempar lelucon sarkastik bahkan vulgar. Namun dalam film ini, gaya humornya terasa lebih matang dan terarah. Ryan Reynolds memainkan Deadpool tidak sekadar sebagai pelawak berdarah dingin, tetapi juga sebagai karakter yang mulai mempertanyakan peran dirinya di dunia yang terus berubah.
Chemistry antara Reynolds dan Jackman menjadi titik fokus yang kuat. Banyak momen yang mengingatkan pada film-film buddy cop klasik seperti “Lethal Weapon”, namun dengan bumbu kekacauan dan darah. Vulture menyebut dinamika mereka sebagai “tidak sehat, berisik, namun tidak bisa dipisahkan.”
Salah satu adegan favorit penonton terjadi saat mereka saling bertarung sebelum akhirnya bekerja sama, dengan latar dimensi yang aneh memanfaatkan konsep multiverse yang kini lazim di MCU.
Aksi Tanpa Kompromi: Kembali ke Akar Wolverine dan Deadpool
Salah satu nilai jual utama film ini adalah rating R yang dipertahankan. Pertarungan berdarah, potongan tubuh, dialog eksplisit, dan visual yang keras menjadi sajian utama. Wolverine kembali ke versi terbaiknya: brutal, liar, dan mematikan. Sementara Deadpool tetap menyelesaikan misi dengan kombinasi kekonyolan dan kekerasan.
Geeks of Color memuji koreografi pertarungan yang dinamis dan kreatif, terutama saat Deadpool dan Wolverine melawan segerombolan mutan versi alternatif di dimensi yang hancur secara realitas. Efek visual memanfaatkan CGI dengan sangat baik, namun tidak membebani layar.
Multiverse sebagai Medium Eksplorasi Karakter
Berbeda dari film-film MCU sebelumnya yang menggunakan multiverse untuk mempertemukan karakter ikonik atau menciptakan kejutan, “Deadpool & Wolverine” menjadikannya sebagai alat introspeksi karakter. KritikFilm.id menyatakan bahwa film ini memaksa Deadpool berhadapan dengan versi dirinya yang pernah gagal—mulai dari yang terlalu serius hingga yang terlalu pengecut.
Wolverine, di sisi lain, dibuat bergumul dengan realitas tentang masa lalu dan masa depannya. Dialog reflektif antara dua karakter ini menghadirkan sisi emosional yang mengejutkan, tanpa terasa dramatis berlebihan. Penonton diajak merenung di tengah tawa dan kekacauan.
Karakter Pendukung: Tidak Sekadar Pelengkap
Film ini tidak terjebak dalam pola over-fanservice seperti beberapa film Marvel terakhir. Colossus muncul sebagai mentor yang lebih dewasa dan sabar, sementara Negasonic Teenage Warhead menunjukkan perkembangan emosional. Antagonis utama, Cassandra Nova, tampil sebagai sosok yang manipulatif secara mental, memberikan tantangan psikologis berbeda bagi duo utama.
Cameo dari beberapa karakter X-Men versi lama seperti Sabretooth dan Cyclops sempat menjadi bahan pembicaraan karena penyajiannya tidak sekadar sebagai nostalgia, tetapi bagian integral dari dunia yang dibangun.
Kritik: Masih Ada Formula Lama yang Mengintai
Meskipun banyak hal terasa segar, film ini tidak sepenuhnya bebas dari kelemahan. LRM Online menilai bahwa alur cerita utama sedikit melemah di pertengahan film, terutama karena subplot multiverse yang terlalu kompleks. Beberapa adegan terasa terlalu ingin lucu, sehingga pacing film sedikit timpang.
Namun, performa luar biasa Reynolds dan Jackman menyelamatkan film ini dari jebakan repetitif MCU. Film ini tahu kapan harus serius dan kapan harus konyol, meskipun masih bisa dikembangkan dalam aspek penulisan konflik internal.
Keterkaitan dengan Masa Depan MCU
Salah satu daya tarik penting dari film ini adalah posisinya sebagai jembatan antara era X-Men dari Fox dan semesta baru MCU. Meski tidak secara eksplisit menyebutkan hubungan dengan proyek-proyek Marvel lain, film ini menyelipkan beberapa petunjuk tentang Secret Wars dan proyek X-Men mendatang. Ini menjadi sinyal kuat bahwa film ini bukan sekadar spin-off, melainkan bagian dari strategi MCU dalam memperluas narasi multiverse.
Bagi Anda yang mengikuti perkembangan MCU, film ini penting karena membuka diskusi tentang bagaimana karakter-karakter lama bisa disisipkan ulang tanpa terasa dipaksakan. Keberhasilan film ini bisa menjadi penentu arah Marvel untuk tahun-tahun ke depan.
Film Superhero yang Tahu Cara Menghibur
“Deadpool & Wolverine” bukan sekadar film kolaborasi dua karakter ikonik. Ia adalah refleksi dari kritik terhadap dunia superhero modern yang makin homogen. Dengan gaya yang liar, subversif, dan emosional, film ini menyajikan pengalaman menonton yang menyenangkan, menantang, dan memancing diskusi.
Bagi Anda pencinta film aksi dengan kedalaman karakter, atau yang sudah jenuh dengan formula MCU yang seragam, film ini adalah penawar yang cerdas. Dan bagi Marvel, film ini adalah bukti bahwa berani keluar dari pakem kadang justru menyelamatkan.